Kamis, 12 Januari 2017

Laporan praktikum fisdas "PENGUKURAN BENDA PADAT" PAKUAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang

Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari.
         Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya menghitung volume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume.
      Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kualintatik. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data  yang mendukung. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numeric yang menunjukan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari permasalahan tersebut.
      Pentingnya besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu gejala tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi pengukuran yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil pengukuran kemudian ditetapkan sebagai satuan.
    Dengan salah satu argument di atas, setelah dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika, untuk memperoleh hasil / data dari suatu pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.





1.2 Tujuan Percobaan
            a. Mempelajari dan menggunakan alat-alat ukur
            b. Menentukan volume dan massa jenis zat padat
            c. Menggunakan teori ketidakpastian

1.3 Dasar Teori   
Besaran dan Satuan

Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris, yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan. Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok yang lain. Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi.
Alat yang digunakan untuk pengukuran :
1.      Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur panjang yang memiliki ketelitian 0,1 mm dengan ketelitian yang lebih baik dari mistar. Jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar suatu tabung, kawat, atau tebal sebuah buku. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam tabung atau botol dan juga kedalamannya.
Jangka sorong terdiri atas rahang tetap yang memiliki skala tetap , rahang geser yang memiliki skala nonius (vernier) , rahang bawah, rahang atas dan pengukur kedalaman. Pada Jangka sorong, rahang bawah digunakan untuk mengukur diameter luar tabung dan rahang atas digunakan untuk mengukur diamater bagian daiam tabung. Adapun bagian ujung digunakan untuk mengukur kedalaman tabung. Rahang geser jangka sorong dapat digeser secara bebas disesuaikan dengan ukuran benda. Pada rahang geser terdapat skala nonius, yaitu skala yang menentukan ketelitian pengukuran pada jangka sorong. Pada saat keadaan kedua rahang tertutup, yaitu angka 0 skala utama dalam sentimeter berhimpit dengan angka 0 skala nonius, saat diamati ternyata panjang 10 skala nonius = 9 mm, ini berarti panjang 1 skala nonius = 0,9 mm. Sehingga selisih antara skala utama pada rahang tetap dengan skala nonius adalah (1 – 0,9) = 0,1 mm.
Hasil pengukuran dengan jangka sorong akan memuat angka pasti dari skala utama dan angka taksiran dari skala nonius yang segaris (berhimpit) dengan skala utama. Penjumlahan dari keduanya merupakan angka penting. Hasil pengukuran itu dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
X =( Xo + ∆X. 0,1 ) mm atau X = hasil skala utama + hasil skala nonius


Kegunaan jangka sorong adalah
         Untuk mengukur suatu benda bagian luar dengan cara diapit. contoh :  mengukur tebal buku.
         Untuk mengukur bagian dalam atau diameter lubang suatu benda, contoh : besar diameter lubang pipa, botol atau tabung.
         Untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara “menancapkan/menusukkan” bagian pengukur pengukur kedalaman.

2.      Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup atau disebut juga Mikrometer adalah alat ukur yang lebih cermat dari jangka sorong. Alat ini dapat digunakan untuk mengukur benda-benda yang tergolong kecil dan tipis, misalnya diameter pensil, diameter kawat/ kabel listrik, tebal karton, tebal sehelai kertas hingga diameter rambut. Mikrometer memiliki ketelitian ukur 0,01 mm (Mikrometer analog), bahkan pada Mikrometer elektronik digital, dapat mencapai ketlitian hingga 0,002 mm (2µm). Berikut
bagian-bagian dari Mikrometer.

Bagian utama Mikrometer adalah poros ukur yang dapat bergerak, dipasang pada Silinder pemutar ( Bidal). Pada Bidal terdapat skala Nonius yang memiliki 50 bagian skala. Jika skala Nonius diputar satu kali putaran (50 skala), maka bidal akan bergerak maju 0,5 mm, yang dapat diamati pada skala Utama (pada gambar 3.1  (Bidal bergerak maju kearah kiri) Berarti, jika Bidal diputar satu skala, maka akan bergeser sejauh 0,5 mm dibagi 50 = 0,01 mm . Hasil pengukuran Mikrometer terhadap sebuah benda, dapat dituliskan dengan persamaan sebagai berikut :
X =( Xo + ∆X. 0,01 ) mm
Yaitu :
X0 = hasil skala utama
ΔX = hasil skala nonius ( Skala bidal yang berimpit dengan skala utama)
X   = hasil pengukuran Mikrometer terhadap sebuah benda


3.      Neraca Teknis
Alak ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika adalah neraca teknis dan neraca analitis karena memiliki tingkat ketelitian yang lebih baik dari pada neraca pasar.
Kedudukan piring akan setimbang bila jarum petunjuk bergerak bolak balik ke kiri dan ke kanan dengan simpangan yang sama terhadap posisi setimbang. Jika kedudukan piring tidak setimbang, anak timbangan ditambahkan pada piring yang terangkat. Ketika meletakkan anak timbangan atau benda pada piring, neraca harus pada posisi tertahan dan jarum penunjuk diam. Nilai ukur diperoleh dari jumlah anak timbangan yang berada di dalam piring neraca seimbang dengan piring neraca yang berisi benda yang diukur.




4.      Neraca Ohaus

      Neraca ohauss terdiri dari tiga batang skala, yaitu batang pertama berskala ratusan gram, batang kedua berskala puluhan gram dan batang ketiga berskala satuan gram. Neraca ini mempunyai ketelitian hingga 0,1g. Benda yang akan ditimbang diletakkan di atas piringan. Setelah beban geser disetimbangkan dengan benda, massa benda dapat dibaca pada skala neraca. Kegunaan neraca ohauss adalah untuk mengukur massa benda ataulogam dalam praktek laboratorium. Kapasitas beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram. Neraca ohaus termasuk kedalam neraca teknis yaitu neraca yang tidak memiliki ketelitian tinggi. Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1 gram. Karena ketelitiannya yang rendah neraca ini biasanya dipakai untuk menimbang zat atau benda yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi.
Terdapat 2 cara untuk mengukur besaran fisis volume zat yaitu pengukuran langsung (untuk benda dengan bentuk teratur) dan pengukuran tak langsung. Pengukuran secara langsung dikenal sebagai cara statis, sedangkan pengukuran tak langsung dikenal sebagai cara dinamis dan menggunakan hukum-hukum fisika seperti hukum Archimedes sebagai bantuan. Akibat cara langsung tersebut, maka ketelitian dan kesalahan pengukuran volume bergantung pada kesalahan dan ketelitian pengukuran rusuk-rusuknya.
Massa jenis adalah massa per satuan volume dari suatu zat. Jika benda mempunyai struktur dalam homogeny (mungkin sebagai anggapan saja), maka :

Fa = ρ . g . V

Ket :         ρ = massa jenis (kg/m3)
                 m = massa benda (kg)
                 V = volume benda(m3)
Pengukuran massa benda diukur dengan alat yang disebut neraca. Seperti juga alat ukur lain, neraca juga bermacam-macam dan tiap-tiap macam mempunyai ketelitian sendiri-sendiri.

Hukum Archimedes
Suatu benda yang terbenam dalam fluida akan terangkat ke atas oleh gaya yang sama besar dengan berat fluida yang dipindahkan, dijabarkan oleh Archimedes (287 – 212 SM) yang disebut Hukum Archimedes.

FA = Vb .ρf.g
Dimana :
FA : gaya ke atas (gaya angkat Archimedes) (Newton)
Vb : volume benda yang tercelup dalam fluida (m3)
ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
g   : percepatan gravitasi (m/s2)
Hukum ini selain untuk menghitung volume juga dapat untuk mengukur massa jenis zat cairatau zat padat.
Disamping menggunakan prinsip Archimedes, massa jenis zat cair dapat ditentukan dengan alat yang disebut Aerometer. Pengukuran massa jenis zat cair dengan Aerometer menggunakan prinsip-prinsip hokum Archimedes
Jika sebuah tangki berisi air diletakan di atas sebuah timbangan pegas missal beratnya W. sebuah benda yang beratnya w yang tergantung pada seutas tali diturunkan masuk ke dalam air tadi (tanpa menyinggung dinding dan dasar tangki),
pegas + F apung = w

Dengan :
pegas         : gaya tegangan dalam tali
apung        : gaya apung
w              : berat benda

Jika S adalah gaya yang dikerjakan terhadap sistem. Menurut hukum ketiga Newton, gaya ini sama besar dan berlawanan arah dengan gaya yang bekerja terhadap timbangan.
Artinya, jarum skala timbangan menunjukan pertambahan berat sebesar gaya apung.

















BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1. Alat
1.      Bangku penumpu
2.      Bejana gelas
3.      Jangka sorong
4.      Mikrometer skrup
5.      Neraca teknis
6.      Thermometer
2.2 Bahan
1.      Benda-benda yang di ukur













BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Pengukuran Cara Statis
a)      Ukurlah panjang dan lebar benda padat dengan tempat yang berlainan. Buatlah hasil pengukuran dalam bentuk tabel masing-masing tersendiri.
b)      Ukurlah tebalnya dengan mikrometer skrup juga seperti No. 1.
c)      Tentukan massa benda padat dengan cara menimbang cukup sekali saja.
d)     Catatlah suhu ruangan pada awal dan akhir  percobaan.
e)      Ukurlah benda padat yang lain dengan harga rata-rata masing-masing penyimpangan.

a.       Balok
Volume balok dapat juga dilakukan dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok itu sehingga :
Vbalok = p x l x t


Dengan;
P   = panjang balok
L   = lebar balok
T   = tinggi balok

                        Untuk menghitung massa jenis balok dilakukan dengan cara mengukur massa benda tersebut dibagi dengan volume benda itu sehingga :
                         
Dengan :
                      v = volume benda






b.      Silinder  
volume silinder dapat juga dilakukan dengan mengukur jari-jari dan panjang silinder itu sehingga:
Vsilinder = π r2.t



Dengan:
d = diameter silinder
t = tinggi silinder
r = jari-jari silinder
                                 
Untuk menghitung massa jenis silinder dilakukan dengan cara mengukur massa benda tersebut dibagi dengan volume benda itu sehingga :

                      v = volume silinder

3.2 Pengukuran Secara Dinamis
a)      Tentukan massa benda padat dengan cara menimbang.
b)      Timbang sekali lagi benda tersebut yang tergantung pada tali.
c)      Timbanglah sekali lagi benda yang tergantung tersebut terendam seluruhnya dalam air. Ingat airnya tidak ikut teribang dan benda tidak mengenai mengenaib dasar bejana.
d)     Catatlah suhu air dalam ruangan pada awal dan akhir percobaan
e)      Ulangilah seluruh pengukuran tersebut di atas untuk benda padat yang lain.





Menghitung volume pada benda padat secara dinamis ( contohnya mengukur volume kunci) dapat dilakukan dengan cara mengurangi massa udara dengan massa air sehingga :
V = Mu – Ma

Dengan ;
Mu = Massa udara
Ma = Massa air

Massa jenis (rapat massa) suatu zat adalah massa tiap satuan volume atau dapat dirumuskan:
ρ = m/v

Dengan ;
ρ = massa jenis (Kg/m3)
M = massa zat (Kg)
V = volume zat (m3)

Jika massa dan volume dapat diketahui dengan cara menimbang zat itu dengan timbangan atau neraca teknis sehingga besaran massa dapat diukur langsung dengan alat ukurnya. Untuk mengukur langsung volume zat padat dapat dilakukan dengan memasukkan zat padat itu ke dalam gelas ukur yang berisi zat cair. Apabila zat itu tenggelam seluruhnya maka perubahan penunjukan volume itu dari zat padat tersebut.

Tetapi untuk mengukur volume zat padat besarannya tidak selalu dapat diukur langsung seperti itu karena terdapat zat padat yang massa jenisnya lebih kecil dari zat cair sehingga kalau zat padat tersebut dimasukkan ke dalam zat cair akan mengapung atau melayang ( tidak tenggelam seluruhnya).





BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1.       Data Pengamatan

Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan tanggal 21 Oktober 2016, maka dapat dilaporkan hasil sebagai berikut.

Keadaan Ruangan
P (cm) Hg
T (oC)
C(%)
Sebelum Percobaan
7,55 cm Hg
27oC
69%
Sesudah Percobaan
7,55 cm Hg
27oc
73%

a.        Cara Statis

1)      Balok Kuningan
Massa = 33,3 gram

NO.
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tinggi (cm)
Volume (cm3)
ρ (gr/cm3)
1.
2,49 cm
1,59 cm
1,043 cm
4,129 cm3
8,064 gr/cm3
2.
2,48 cm
1,59 cm
1,039 cm
4,096 cm3
8,129 gr/cm3
3.
2,48 cm
1,58 cm
0,994 cm
3,894 cm3
8,551 gr/cm3
X
2,483 cm
1,587 cm
1,025 cm
4,040 cm3
8,248 gr/cm3
∆x
0,00334
0,00175
0,00028
0,00540
0,04455

2)    Silinder Aluminium
       Massa = 13 gr
NO.
Tinggi (cm)
Diameter (cm)
Jari-jari (cm)
Volume (cm3)
ρ (gr/cm3)
1.
2,51 cm
1,519 cm
0,760 cm
4,552 cm3
2,816 gr/cm3
2.
2,51 cm
1,519 cm
0,760 cm
4,552 cm3
2,816 gr/cm3
3.
2,51 cm
1,518 cm
0,759 cm
4,540 cm3
2,863 gr/cm3
X
2,51 cm
1,519 cm
0,760 cm
4,555 cm3
2,832 gr/cm3
∆x
0,025
0,000000166
0,000000166
0,00025
0,00031


b.        Cara dinamis
1)      Kunci
No.
Nama benda
Mu (gr)
Ma (gr)
V (cm3)
ρ (gr/cm3)
1.
Kunci
12,3gr
10,9 gr
1,4 cm3
8,786 gr/cm3




















4.2.      Perhitungan
a.       Cara Statis

1).   Balok Kuningan
 Massa = 33,3 gram

·         Percobaan 1 
- P = 2,49 cm
- L = 1,59 cm
- T = 1,043 cm
Volume          =          P x L x T 
            =          2,49 cm x 1,59 cm x 1,043 cm
            =          4,129 cm3      
Massa Jenis     =          m/v         
                        =          33,3/4,129 cm3 
                         =          8,064 gr/cm3


·         Percobaan 2 
- P = 2,48cm
- L = 1,59cm
- T = 1,030 cm
Volume           =          P x L x T 
            =          2,48 cm x 1,519 cm x 1,030 cm
            =          4,096 cm3      
     
Massa Jenis     =          m/v         
                        =          33,3/4,096cm3      
                        =          8,129 gr/cm3 
·         Percobaan 3 
- P = 2,48 cm
- L = 1,58m
- T = 0,994 cm
Volume           =          P x L x T 
            =          2,48 cm x 1,58 cm x 0,994 cm
            =          3,894 cm3      
     
Massa Jenis     =          m/v         
                        =          33,3gr/3,894 cm3      
                        =          2,863 gr/cm3







·         Rata-rata panjang balok (p) è x = x1+x2+x3+…
  X   = 2,49+2,48+2,48     
               = 2,487
∆x pada panjang
∆x=
∆x=0,0058 cm

·         Rata-rata lebar balok (l)    è x = x1+x2+x3+….xn                             
X  = 1,59+1,59+1,58
  = 1,519
∆x pada Lebar
∆x=
∆x=0,00175 cm

·         Rata-rata tinggi balok (t)   è x = x1+x2+x3+….x
      X  = 1,043+1,030+0,994
              = 1,025
∆x pada tinggi
∆x=
∆x=0,00028 cm

·         Rata-rata volume balok (V) è x = x1+x2+x3+….xn
    X = 4,129+4,096+3,894
              = 4,040cm3
·         ∆x pada volume
∆x=
∆x=0,00540 cm









·         Rata-rata massa jenis balok (ρ) è x = x1+x2+x3+….xn
X = 8,064+8,129+8,551
= 8,248


∆x = ∆x pada p
∆x=
∆x=0,04455 cm

















Balok Kuningan
       Dik : m    = 33,2 gr
               Plit   =8,6 gr/cm
1-    Plit-Perc                 X 100%
                                                    Plit                   
















 
1-       8,6-8,248             X 100%
                                                     8,6

1-        0,352                           X 100%
                                                    2,7                  






 
                                          1 – 0,040      x 100%
                                   
                            =   0,96 x 100%
                            =    96%



2)      Silinder Alumunium
Massa = 13 gr
·         Percobaan 1 :
Pada percobaan pertama didapatkan
D=1,519 cm              r== = 0,760 cm              t=2,51 cm
Maka :
V=πr²t                                               ρ=
V=3,14x(0,760)²x2,51                                  ρ=
V=4,552 cm³                                     ρ=2,816g/cm³
·         Percobaan 2 :
Pada percobaan kedua didapatkan
D=1,519 cm                     r== = 0,760 cm              t=2,51 cm
Maka :
V=πr²t                                          ρ=
V=3,14x(0,760)²x2,51                             ρ=
V=4,552 cm³                                            ρ=2,816g/cm³
·         Percobaan 3 :
Pada percobaan ketiga didapatkan
D=1,518 cm              r == = 0,759 cm             t=2,51 cm
Maka :
V=πr²t                                               ρ=
V=3,14x(0,760)²x2,51                                  ρ=
V=4,540 cm³                                     ρ=2,863g/cm³
·         x dan ∆x pada diameter
x= = 1,519 cm
∆x=
∆x=0,000000166 cm
·         x dan ∆x pada jari-jari
x= = 0,760 cm
∆x=
∆x=0,000000166, cm
·         x dan ∆x pada tinggi
x= = 2,51 cm
∆x=
∆x=0,025 cm
·         x dan ∆x pada volume
x= = 4,555 cm
∆x=
∆x=0,00025 cm

·         x dan ∆x pada p
x== 2,832 cm
∆x=
∆x=0,00031 cm

Silinder Alumunium
       Dik : m    = 13 gr
               Plit   =2,7 gr/cm
1-             Plit-Perc                 X 100%
                                                    Plit                   














 
1-             2,7-2,832                 X 100%
                                                     2,7

1-             0,132                  X 100%
                                                    2,7                  






 
                                          1 - 0,049      x 100%
                                   
                            =   0,951 x 100%
                            =    95,1%














B) Cara Dinamis
1. Kunci Besi
kunci dengan mᵤ 12,3 gram dan mₐ 10,9 gram
Dik : setara 0.5 gr
Mu = 12.8-0.5 = 12.3 gr
Ma = 10,9 gr
Dit : V & P?
Jawab :
V= mᵤ-mₐ
    = 12,3 – 10,9                           
V=1,4 cm³           
                            
ρ= = =  = 8,786 gr/cm3
ρ=8,786 gr/cm3


















BAB V
PEMBAHASAN
Pengukuran adalah kegiatan membandingkan besaran untuk mendapatkan satuan yang dibutuhkan dengan menggunakan alat bantu yaitu alat ukur. Pada pengukuran lebar dianjurkan untuk menggunakan mikrometer skrup daripada menggunakan jangka sorong, karena ketelitian mikrometer sekrup lebih baik dibandingkan jangka sorong, yaitu 0,01 milimeter. Jika digunakan untuk mengukur tebal benda dengan maksimal 2,5 cm,maka mikrometer sekruplah yang digunakan, sedangkan jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang atau lebar suatu bahan dengan ketelitian 0,05 milimeter. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil yang buruk dalam suatu pengukuran, salah satunya ialah kesalahan pada pembacaan suatu pengukuran. Dalam percobaan ini pengukuran dilakukan dengan beberapa orang yang berbeda dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.














BAB VI
SIMPULAN

Dari percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda sedangkan jangka sorong    digunakan untuk mengukur panjang serta lebar suatu benda.

2.Untuk mengetahui volume suatu benda dapat dilakukan dengan 2 cara. Yaitu dengan cara statis dan dinamis.

 3.Pengukuran dengan cara statis dan dinamis memiliki ketelitian yang  berbeda, ketelitian yang dihasilkan dari cara statis lebih besar dibandingkan dengan cara dinamis.














BAB VII
DAFTAR PUSTAKA

Halliday,David Robert Resnick. 1985. Fisika. Jakarta: Erlangga
Tippler, Paul A. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga 
























LAMPIRAN
Tugas Akhir

1.      Berikanlah keterangan mengapa tebal benda tidak diukur dengan jangka sorong, melainkan dengan micrometer skrup?
2.      Apakah massa tali tipis dapat diabaikan dalam tingkat ketelitian 1%?
3.      Tentukan volume benda-benda padat dengan kedua cara!
4.      Dari kedua cara diatas manakah menurut pengamatan yang paling teliti?
5.      Tentukan massa jenis benda-benda tersebut!
6.      Dari langkah 5, tentukan jenis benda-benda tersebut!
7.      Tentukan volume benda-benda tersebut pada suhu ºC, langkah 6!
8.      Sebutkanlah salah satu cara lain untuk menentukan volume benda padat!

Jawaban :
1.      Untuk mengukur ketebalan benda yang tidak lebih dari 2,5 cm digunakan micrometer skrup, karena tingkat ketelitiannya lebih baik, yaitu 0,01 milimeter.
Sedangkan kalau memakai jangka sorong memiliki tingkat ketelitian 0,05 milimeter jadi kurang efektif jika menggunakan jangka sorong.
2.      Tidak, karena pada tingkat ketelitian 1% massa tali tersebut mempengaruhi ketelitian pengukuran.
3.      Cara Statis
Balok kuningan dengan massa 33,3 gram
P=2,49cm             L=1,59 cm                   T=1,043 cm
V=PxLxT
V=2,49x1,59x1,043                    
V=4.129cm³
Silinder alumunium dengan massa 13 gram
D=1,519 cm                     r=0,760 cm                  t=2,51 cm
V=πr²t
V=3,14x(0,760)²x2,51
V=4,552cm3



Cara dinamis
Kunci dengan massa di udara (mᵤ) 12,3 gram dan massa di dalam air (mₐ) 10,9 gram.
V= mᵤ- mₐ
V=12,3-10,9
V=1,4 cm³
4.      Yang lebih teliti yaitu menggunakan metode statis, karena memakai alat bantu ukur yang ketelitiannya signifikan, sehingga pengukuran nya akan lenih tepat.
5.      Balok kuningan
m= 33,3 gram      
V=4.129 cm³
ρ=
ρ=
ρ=8,064 g/cm³
Silinder alumunium
m=13 gram
r=0,760 cm
t=2,51 cm
V= 4,552 cm³
ρ=
ρ=
ρ=2,816 g/cm³
Kunci
mᵤ= 12,33g
mₐ=10,9 g
V= 1,4cm³
ρ=
ρ=
ρ=6,78 g/cm³


6.      Balok => kuningan
Silinder => alumunium
Kunci => besi
7.      Dikarenakan perubahan suhu tidak mengalami kenaikan dan penurunan, maka perhitungan pengukuran tidak berpengaruh apapun terhadap jalannya percobaan
8.      Mencelupkan benda padat kedalam wadah yang berisi air dan sudah diketahui volume awal air tersebut, maka ketika benda tersebut dicelupkan akan ada perubahan volume. Untuk mengetahui volume benda tersebut-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar